Abstraksi
Ø Berdasarkan hasil pemantauan
harga-harga pedesaan di beberapa daerah di Provinsi Aceh pada bulan September
2015, NTP sebesar 96,07 mengalami peningkatan indeks sebesar 0,30 persen, hal
ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar
0,19 sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) menurun sebesar 0,11 persen.
Ø Bila dirinci menurut
subsektor, diketahui bahwa terjadi peningkatan NTP pada 2 subsektor yaitu
Tanaman Pangan sebesar 1.07 persen, dan Peternakan sebesar 1.74 persen sedangkan
3 sub sektor mengalami penurunan indeks yaitu subsektor Hortikultura sebesar 1.78 persen, Tanaman
Perkebunan Rakyat sebesar 0,32 persen, dan subsektor Perikanan turun sebesar
0,12 persen,
Ø Indeks Harga yang Diterima
Petani (It) pada September 2015 meningkat sebesar 0,19 persen dibandingkan It
bulan sebelumnya. Peningkatan It terjadi pada 2 subsektor yaitu Tanaman Pangan sebesar 0,83 persen, dan Peternakan sebesar
1,70 persen, sedangkan subsektor Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perikanan mengalami penurunan
masing-masing sebesar 1,92 persen,0,31 persen dan 0,15 persen.
Ø Pada bulan September 2015 di
Provinsi Aceh, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) menurun sebesar 0,11
persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 118,88 menjadi
118,75. Penurunan Ib terjadi pada 4 subsektor, adapun subsektor yang mengalami
penurunan tertinggi yaitu subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,24 persen,
sedangkan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami peningkatan yaitu
sebesar 0,01 persen.
Ø Dari 33 Provinsi yang
dilaporkan perubahan NTP September 2015 terhadap bulan sebelumnya, terdapat 23 Provinsi
yang mengalami peningkatan sedangkan 10 Provinsi mengalami penurunan. Provinsi
yang mengalami peningkatan tertinggi berturut-turut adalah Sulawesi Selatan
sebesar 2,05 persen, diikuti Jawa Barat sebesar 1,78 persen, dan Gorontalo
sebesar 1,75 persen. Sedangkan Provinsi yang mengalami penurunan tertinggi
terjadi di Bangka Belitung sebesar 0,96 persen, Kalimantan Tengah sebesar 0,68
persen, dan Kalimantan Selatan sebesar 0,32 persen.
Ø Berdasarkan pemantauan
harga-harga kebutuhan rumahtangga di beberapa daerah pedesaan di Provinsi Aceh
pada bulan September 2015 terjadi Deflasi di pedesaan sebesar 0,24 persen yaitu
terjadi perubahan indeks konsumsi rumahtangga dari 120,97 pada bulan Agustus
2015 menjadi 120,69 pada bulan September
2015.
Ø Deflasi di Pedesaan yang
terjadi di wilayah Provinsi Aceh pada bulan September 2015 disebabkan oleh turunnya indeks kelompok Bahan
makanan sebesar 1,01 persen, sedangkan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan
Tembakau naik sebesar 0,68 persen, indeks Kelompok Pendidikan, Rekreasi, &
Olah raga naik sebesar 0,36 persen, diikuti oleh Transportasi & Komunikasi naik
sebesar 0,36 persen, Kesehatan naik sebesar 0,31 persen, sandang naik sebesar
0,31 persen, dan Perumahan juga naik sebesar 0,03 persen.
Ø Dari 10 Provinsi di Sumatera
yang dilaporkan pada bulan September 2015, 6 provinsi mengalami Deflasi dan 4
Provinsi mengalami Inflasi . Provinsi yang mengalami Deflasi tertinggi yaitu Sumatera
Utara sebesar 0,84 persen, diikuti Riau dan Sumatera Barat masing-masing
sebesar 0,72 persen dan 0,50 persen. Sedangkan Provinsi yang mengalami inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Lampung sebesar
0,62 persen.
Ø Selama September 2015, Di
tingkat petani, terjadi peningkatan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar
0,24 persen sedangkan kualitas GKR turun sebesar 0,87 persen. Sejalan dengan
harga gabah di tingkat petani, pada bulan September 2015 harga gabah di tingkat
penggilingan, juga terjadi peningkatan rata-rata harga gabah kualitas GKP
sebesar 0,30 persen sedangkan kualitas GKR turun sebesar 0,55 persen.
Ø Dibandingkan bulan sebelumnya,
rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani selama September 2015 naik
sebesar Rp 10,97 per kg menjadi 4.666,7 per kg. Sedangkan harga kualitas GKR di
Petani mencapai Rp. 4.535,00 per