Perkembangan Nilai Tukar Petani, Inflasi Perdesaan, dan Harga Produsen Gabah Bulan Maret 2017
Jadwal Rilis :
Ukuran File :
Hit :
Abstraksi
- Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di beberapa daerah di Provinsi Aceh pada Maret 2017, dihasilkan NTP sebesar 95,11 atau mengalami penurunan indeks sebesar 0,35 persen. Hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami penurunan, yaitu 120,32 pada Februari 2017 menjadi 119,20 pada Maret tahun yang sama.
- Penurunan NTP terjadi pada sebagian besar subsektor, kecuali subsektor Hortikultura dan Peternakan. Subsektor Hortikultura mengalami peningkatan NTP sebesar 0,72 persen, sedangkan Subsektor Peternakan mengalami kenaikan sebesar 0,43 persen. Disisi lain, subsektor yang mengalami penurunan tajam adalah Tanaman Pangan sebesar 0,98 persen. Diikuti Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dengan penurunan mencapai 0,78 persen dan Subsektor Perikanan sebesar 0,56 persen.
- Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Maret 2017 menurun sebesar 0,93 persen dibandingkan periode sebelumnya. Penurunan tersebut terjadi pada seluruh subsektor, terkecuali subsektor Hortikultura. Subsektor Hortikultura mengalami peningkatan It sebesar 0,15 persen. Sedangkan subsektor yang mengalami penurunan tajam adalah Tanaman Pangan sebesar 1,71 persen. Diikuti Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dengan penurunan mencapai 1,25 persen dan Subsektor Perikanan sebesar 1,05 persen. Sedangkan Subsektor Peternakan tercatat menurun sebesar 0,11 persen.
- Selama Maret 2017, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) di Provinsi Aceh menurun sebesar 0,59 persen dibanding periode sebelumnya. Yaitu 126,06 pada Februari menjadi 125,32 pada Maret dalam tahun yang sama. Penurunan Ib tersebut terjadi pada seluruh subsektor dengan penurunan tertinggi pada Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,74 persen, sedangkan Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan terendah sebesar 0,48 persen.
- Dari 33 Provinsi yang dilaporkan, hanya 4 Provinsi yang mengalami peningkatan NTP. Provinsi yang mengalami peningkatan berturut-turut adalah Papua Barat sebesar 0,58 persen, diikuti Maluku sebesar
- 0,37 persen dan Banten sebesar 0,27 persen. Propinsi Nusa Tenggara Barat juga mengalami kenaikan NTP sebesar 0,13. Sedangkan penurunan tertinggi terjadi di DKI Jakarta sebesar 1,37 persen, diikuti Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan masing-masing sebesar 1,30 dan 1,20 persen.
- Berdasarkan pemantauan harga-harga kebutuhan rumahtangga di beberapa daerah perdesaan dalam Provinsi Aceh selama Maret 2017, terjadi deflasi di perdesaan sebesar 0,78 persen dengan perubahan indeks konsumsi rumahtangga dari 129,13 pada Februari 2017 menjadi 128,13 pada Maret tahun yang sama.
- Dari 10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan, terdapat 4 provinsi yang mengalami deflasi dengan angka tertinggi terjadi di Provinsi Aceh sebesar 0,78 persen, diikuti oleh Provinsi Lampung (0,16 persen), Bangka Belitung (0,10 persen) dan Jambi (0,05 persen). Sedangkan enam Provinsi lainnya mengalami inflasi. Provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu mengalami inflasi tertinggi masing-masing sebesar 0,41 dan 0,37 persen.
- Inflasi di Pedesaan yang terjadi pada wilayah Provinsi Aceh selama Maret 2017 disebabkan oleh turunnya harga barang dan jasa di subkelompok bahan makanan serta subkelompok transportasi dan komunikasi.
- Subkelompok bahan makanan sendiri sangat dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas cabe merah.
- Selama Maret 2017, di tingkat petani terjadi penurunan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 8,07 persen. Sejalan dengan itu, harga gabah GKP di tingkat penggilingan juga menurun sebesar 7,79 persen.
- Rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani selama Maret 2017 turun sebesar 414 rupiah menjadi Rp 4.719,82 per kg. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat penggilingan turun sebesar Rp406 per kg menjadi Rp4.799,94 per kg.