Perkembangan Nilai Tukar Petani, Inflasi Perdesaan, dan Harga Produsen Gabah Bulan Mei 2017
Jadwal Rilis :
Ukuran File :
Hit :
Abstraksi
- Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di beberapa daerah di Provinsi Aceh pada Mei 2017, dihasilkan NTP sebesar 94,56 atau mengalami penurunan indeks sebesar 0,52 persen. Hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,20 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) meningkat sebesar 0,33 persen.
- Terjadi penurunan NTP pada semua subsektor terkecuali peternakan yang meningkat 0,66 persen. Penurunan NTP tertinggi terjadi pada subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat mencapai 1,93 persen. Penurunan subsektor perikanan juga terbilang tinggi sebesar 0,91 persen. Sedangkan pelemahan subsektor tanaman pangan dan hortikultura masing-masing hanya sebesar 0,25 dan 0,05 persen.
- Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Mei 2017 menurun sebesar 0,20 persen dibandingkan periode sebelumnya. Penurunan tersebut terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dan perikanan masing-masing senilai 1,59 dan 0,86 persen. Sedangkan ketiga subsektor lainnya mengalami penguatan indeks. Subsektor peternakan sendiri mengalami peningkatan It tertinggi mencapai 1,09 persen. Sedangkan subsektor hortikultura dan Tanaman Pangan hanya mampu tumbuh sebesar 0,30 dan 0,01 persen.
- Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) di Provinsi Aceh pada Mei 2017 meningkat sebesar 0,33 persen dibanding periode sebelumnya. Peningkatan Ib tersebut terjadi pada seluruh subsektor dengan kenaikan tertinggi pada Subsektor Peternakan sebesar 0,43 persen. Sedangkan Subsektor Hortikultura dan Tanaman Perkebunan Rakyat sama-sama meningkat sebesar 0,35 persen. Peningkatan Subsektor Tanaman Pangan dan Perikanan terbilang rendah yaitu hanya sebesar 0,26 dan 0,05 persen.
- Dari 33 Provinsi yang dilaporkan, 12 provinsi diantaranya mengalami peningkatan NTP pada Mei 2017. Provinsi yang mengalami peningkatan tertinggi berturut-turut adalah Jawa Barat sebesar 1,05 persen, diikuti Jawa Tengah sebesar 0,90 persen serta Gorontalo sebesar 0,49 persen. Sementara itu penurunan NTP tertinggi terjadi di Bangka Belitung sebesar 1,91 persen, diikuti Sumatera Barat dan Jambi yang masing-masing turun 1,67 dan 1,62 persen. NTP nasional sendiri mengalami kenaikan sebesar 0,14 persen.
- Selama Mei 2017, terjadi inflasi di perdesaan sebesar 0,32 persen dengan perubahan indeks konsumsi rumahtangga dari 127,13 pada April 2017 menjadi 127,54 pada Mei tahun yang sama. Inflasi tersebut disebabkan oleh naiknya harga barang dan jasa di semua kelompok terkecuali kelompok transportasi dan komunikasi yang mengalami deflasi sebesar 0,40 persen. Sedangkan kenaikan harga tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 0,61 persen. Diikuti oleh kelompok kesehatan yang naik mencapai 0,57 persen. Kenaikan harga terendah terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga yang cenderung tidak mengalami perubahan signifikan.
- Dari 10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan, hanya Provinsi Kepulauan Riau yang mengalami deflasi sebesar 0,02 persen, sedangkan sembilan provinsi lainnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Bangka Belitung yang mencapai angka 1,16 persen. Diikuti oleh Provinsi Bengkulu dan Lampung masing-masing sebesar 0,80 dan 0,79 persen. Sedangkan Inflasi Riau dan Sumatera termasuk paling kecil pada angka 0,23 - 0,31 persen.
- Dibanding bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani selama Mei 2017 naik sebesar 99 rupiah menjadi Rp 4.409,26 per kg. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat penggilingan meningkat sebesar Rp.97,85 per kg menjadi Rp 4.486,67 per kg.
- Diluar dugaan, gabah kualitas GKG mengalami penurunan harga pada Mei 2017. Gabah kualitas GKG di tingkat petani turun harga Rp. 566,67 per kg menjadi Rp.4.533,33 per kg. sedangkan gabah kualitas GKG di penggilingan tercatat menurun sebesar Rp.564 per kg menjadi Rp. 4.633,33 per kg