Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa daerah di Provinsi Aceh pada bulan April 2016, NTP sebesar 96,15 mengalami penurunan indeks sebesar 1,13 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 1,44 persen atau lebih besar dari penurunan indeks yang dibayar petani (Ib) yang menurun sebesar 0,31 persen.
Bila dirinci menurut subsektor, diketahui bahwa terjadi penurunan NTP pada 3 subsektor yaitu Tanaman Pangan sebesar 3,20 persen, Hortikultura sebesar 0,59 persen, dan Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,76 persen, sedangkan 2 subsektor mengalami peningkatan yaitu Peternakan sebesar 1,12 persen dan Perikanan sebesar 0,08 persen.
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada April 2016 menurun sebesar 1,44 persen dibandingkan It bulan sebelumnya. Penurunan It terjadi pada 4 subsektor yaitu Tanaman Pangan sebesar 3,62 persen, Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 1,00 persen, Hortikultura sebesar 0,85 persen, dan Perikanan sebesar 0,52 persen, sedangkan 1 subsektor yang mengalami peningkatan yaitu Peternakan sebesar 0,89 persen.
Pada bulan April 2016 di Provinsi Aceh, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) menurun sebesar 0,31 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 121,73 menjadi 121,34. Penurunan Ib terjadi pada seluruh subsektor. Adapun subsektor dengan penurunan Ib tertinggi terjadi pada Perikanan sebesar
0,60 persen sedangkan subsektor yang mengalami penurunan terendah adalah subsektor Peternakan sebesar 0,23 persen.
Dari 33 Provinsi yang dilaporkan perubahan NTP April 2016 terhadap bulan sebelumnya, terdapat 21 Provinsi yang mengalami peningkatan sedangkan 12 Provinsi mengalami penurunan. Provinsi yang mengalami peningkatan tertinggi berturut-turut adalah Riau sebesar 2,10 persen, diikuti Bangka Belitung sebesar 1,76 persen, serta DKI Jakarta sebesar 1,75 persen. Sedangkan Provinsi yang mengalami penurunan tertinggi terjadi di Sulawesi Selatan sebesar 1,29 persen, Banten sebesar 1,25 persen, dan Aceh sebesar 1,13 persen.
Berdasarkan pemantauan harga-harga kebutuhan rumahtangga di beberapa daerah pedesaan di Provinsi Aceh pada bulan April 2016 terjadi deflasi di pedesaan sebesar 0,36 persen yaitu terjadi perubahan indeks konsumsi rumahtangga dari 124,14 pada bulan Maret 2016 menjadi 123,69 pada bulan April 2016.
Deflasi di Pedesaan yang terjadi di wilayah Provinsi Aceh pada bulan April 2016 disebabkan oleh turunnya kelompok Transportasi dan Komunikasi sebesar 3,12 persen; diikuti oleh Bahan Makanan sebesar 0,47 persen; Perumahan sebesar 0,09 persen; sedangkan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau mengalami peningkatan sebesar 0,64 persen; diikuti oleh Kesehatan sebesar 0,37 persen; Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga sebesar 0,30 persen; dan Sandang sebesar 0,21 persen.
Dari 10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan pada bulan April 2016, seluruh Provinsi mengalami Deflasi. Provinsi yang mengalami deflasi tertinggi yaitu Jambi sebesar 1,40 persen, diikuti Bangka Belitung sebesar 1,34 persen, dan Sumatera Barat sebesar 1,21 persen, sedangkan Provinsi yang mengalami deflasi terendah adalah Provinsi Kepulauan Riau sebesar 0,21 persen.
Selama April 2016, di tingkat petani, terjadi penurunan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 1,83 persen dan kualitas GKR turun sebesar 0,93 persen. Sejalan dengan harga gabah di tingkat petani, pada bulan April 2016, harga gabah di tingkat penggilingan, juga terjadi penurunan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 1,64 persen dan kualitas GKR turun sebesar 0,90 persen.
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani selama April 2016 turun sebesar Rp 85,14 per kg menjadi 4.569,03 per kg. Sedangkan harga kualitas GKR di Petani mencapai Rp. 5.087,50 per Kg.